PATRIOTPENCERAH – Perkembangan teknologi digital telah mengubah cara kita memperoleh dan menyebarkan informasi. Media sosial memungkinkan siapa pun untuk menyebarkan informasi dalam hitungan detik, sering kali tanpa memverifikasi keakuratan atau dampaknya. Informasi yang cepat viral kerap menimbulkan persepsi publik yang tidak terkendali, bahkan menyesatkan, sehingga dapat memicu konflik sosial atau kebingungan publik. Fenomena ini menuntut adanya prinsip “saring sebelum sharing” sebagai bentuk tanggung jawab sosial dalam menjaga keakuratan informasi yang tersebar di ruang publik (Chung & Kim, 2020).
Dalam perspektif Islam, menyebarkan informasi tanpa verifikasi atau “tabayyun” dilarang, karena dapat menciptakan fitnah dan ketidakadilan. Nilai-nilai kejujuran, integritas, dan tanggung jawab merupakan panduan etis dalam berbagi informasi. Prinsip ini mendorong setiap individu untuk memastikan bahwa informasi yang disebarkan tidak menyesatkan atau merugikan pihak lain (Juneja & Mitra, 2022). Selain itu, ajaran “tabayyun” menekankan pada proses klarifikasi sebelum menyebarkan informasi agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berdampak negatif pada masyarakat.
Dampak Negatif dari Kebiasaan Sharing Tanpa Saring
Fenomena viral tanpa verifikasi berpotensi menghasilkan beberapa dampak negatif:
- Hoaks dan Disinformasi: Ketika hoaks tersebar luas, informasi palsu ini dapat merusak reputasi individu atau kelompok dan menimbulkan kebingungan publik (Boulifa, 2021).
- Polarisasi Sosial: Penyebaran informasi yang tidak diverifikasi memperparah polarisasi di masyarakat, khususnya dalam isu-isu sensitif. Informasi viral yang tidak benar kerap mengadu domba kelompok masyarakat tertentu, menyebabkan konflik dan perpecahan (Oeldorf-Hirsch et al., 2023).
- Dampak pada Generasi Muda: Generasi muda yang aktif di media sosial cenderung terpapar pada informasi viral yang tanpa filter, yang memengaruhi pola pikir dan sikap sosial mereka. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas literasi digital mereka, serta pemahaman yang dangkal terhadap isu-isu sosial yang kompleks (Arfini, 2019).
Tanggung Jawab Sosial Pengguna Media Digital
Sebagai pengguna media sosial, setiap individu memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi yang mereka sebarkan benar dan tidak berpotensi merugikan orang lain. Tanggung jawab ini melibatkan:
- Peran Individu dalam Verifikasi Informasi: Individu harus memiliki kesadaran untuk memverifikasi sumber informasi sebelum membagikannya, menerapkan prinsip “saring sebelum sharing” untuk menghindari dampak negatif pada masyarakat luas (Martín et al., 2022).
- Nilai-nilai Kepedulian Sosial: Penyebaran informasi seharusnya tidak hanya dipandang sebagai hak pribadi, tetapi juga sebagai tanggung jawab sosial untuk menjaga keamanan dan kedamaian di masyarakat. Memastikan kebenaran informasi adalah bentuk kontribusi positif pada masyarakat (Puriwat & Tripopsakul, 2022).
- Pendidikan Literasi Digital: Pendidikan literasi digital penting untuk membantu masyarakat memilah informasi yang valid dari informasi yang tidak terpercaya. Literasi ini membantu masyarakat memahami bahwa tidak semua informasi di internet layak dipercaya atau disebarkan tanpa klarifikasi lebih lanjut (Graves & Anderson, 2020).
Peran Agama dan Organisasi Keagamaan dalam Mengedukasi Literasi Informasi
- Peran Ulama dan Pemimpin Agama: Ulama dan pemimpin agama memiliki peran penting dalam mengedukasi umat tentang tanggung jawab dalam berbagi informasi. Mengutip ajaran tabayyun, mereka dapat menyampaikan pentingnya verifikasi informasi sebelum membagikannya untuk menghindari fitnah dan penyebaran kebencian (Chen et al., 2021).
- Organisasi Keagamaan sebagai Pelopor Literasi Media: Organisasi seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dapat berperan aktif dalam menyosialisasikan literasi digital dan tanggung jawab bermedia sosial. IMM dapat menginisiasi program-program yang mengedukasi anggotanya tentang pentingnya verifikasi informasi sebelum menyebarkannya.
- Pengaruh Positif Organisasi Agama: Dengan peran aktif dalam pendidikan literasi media, organisasi keagamaan dapat berkontribusi pada pengurangan penyebaran informasi yang salah, meningkatkan harmoni sosial, serta mendorong pengguna media sosial untuk bertindak lebih bijak.
Mendorong Budaya Saring Sebelum Sharing
Budaya menyaring informasi sebelum membagikannya adalah langkah penting dalam menjaga stabilitas sosial di era digital. Setiap pengguna media sosial diharapkan berperan aktif sebagai pengguna yang bertanggung jawab dan sadar akan dampak yang mungkin ditimbulkan oleh informasi yang disebarkan. Menyaring informasi adalah langkah bijak yang dapat mencegah perpecahan, memperkuat persatuan, dan menciptakan masyarakat yang lebih beradab dan informatif. Seperti kata pepatah, “Saring sebelum sharing” tidak hanya untuk menghindari kesalahan, tetapi juga sebagai bentuk ibadah sosial yang mendatangkan keberkahan bagi masyarakat luas (Chung & Kim, 2020).
Dengan demikian, menerapkan prinsip saring sebelum sharing merupakan langkah nyata dalam tanggung jawab sosial untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih positif dan informatif bagi generasi masa depan.***
Oleh : Adam Satria
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya
Daftar Pustaka
Arfini, S. (2019). Online Communities and the Distribution of Ignorance. https://doi.org/978-3-030-14362-6_11
Boulifa, C. (2021). Verifying News During The Coronavirus Outbreak Fact-Checking Journalism. https://doi.org/https://doi.org/10.47832/2717-8293.4-3.13
Chen, Q., Zhang, Y., & Evans, R. (2021). Why Do Citizens Share COVID-19 Fact-Checks Posted by Chinese Government Social Media Accounts ? The Elaboration Likelihood Model.
Chung, M., & Kim, N. (2020). When I Learn the News is False: How Fact-Checking Information Stems the Spread of Fake News Via Third-Person Perception. https://doi.org/https://doi.org/10.1093/HCR/HQAA010.
Graves, L., & Anderson, C. (2020). Discipline And Promote: Building Infrastructure and Managing Algorithms In a “Structured Journalism” Project by Professional Fact-Checking Groups. https://doi.org/1461444819856916
Juneja, P., & Mitra, T. (2022). Human and Technological Infrastructures of Fact-checking. https://doi.org/https://doi.org/10.1145/3555143.
Martín, A., Rey, U., Carlos, J., Huertas-tato, J., & Villar-rodríguez, G. (2022). Facter-Check: Semi-Automated Fact-Checking Through Semantic Similarity And Natural Language Inference. 1–22.
Oeldorf-Hirsch, A., Schmierbach, M., Appelman, A., & Boyle, M. P. (2023). The Influence of Fact-Checking Is Disputed! The Role of Party Identification in Processing and Sharing Fact-Checked Social Media Posts. https://doi.org/00027642231174335
Puriwat, W., & Tripopsakul, Bs. (2022). Understanding Digital Social Responsibility In The Social Media Context : Evidence From Thailand. 1–14.