PATRIOTPENCERAH.ID Pada hari yang penuh berkah seperti Idul Adha dan Hari Tasyrik, tradisi kumpul-kumpul sambil membakar sate memiliki manfaat yang sangat berarti. Aktivitas ini tidak hanya memberikan kesempatan untuk berkumpul dengan orang-orang terkasih, tetapi juga menghadirkan sejumlah manfaat lainnya.
Pertama-tama, kumpul-kumpul sambil membakar sate pada Hari Raya Idul Adha dan Hari Tasyrik menciptakan suasana kebersamaan dan kegembiraan yang unik. Semangat saling berbagi dan merayakan hari yang istimewa bersama-sama meningkatkan ikatan sosial antar anggota keluarga, tetangga, dan teman-teman. Ini adalah kesempatan langka untuk menghabiskan waktu bersama orang-orang tercinta yang mungkin jarang bisa kita temui sehari-hari.
https://patriotpencerah.id/ribuan-jamaah-salat-idul-adha-di-halaman-ruko-tokma-cibitung/
Selain itu, membakar sate saat Idul Adha juga memiliki dimensi keagamaan yang mendalam. Praktik ini mengingatkan kita akan kisah Nabi Ibrahim yang siap untuk mengorbankan putranya atas perintah Allah. Dengan membakar sate yang melambangkan daging hewan kurban, kita mengenang pengorbanan dan keteguhan hati Nabi Ibrahim. Aktivitas ini menjadi sarana untuk menguatkan rasa takwa, pengabdian kepada Tuhan, dan keikhlasan dalam melaksanakan ibadah.
Tidak hanya itu, membakar sate juga menghasilkan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Dalam persiapan dan pelaksanaannya, membutuhkan kerja sama dan keterlibatan banyak orang. Hal ini menciptakan lapangan pekerjaan sementara, memperkuat perekonomian lokal, dan mempererat ikatan sosial antar warga. Selain itu, kegiatan ini seringkali juga dihadiri oleh para tamu atau sanak saudara yang datang dari jauh, sehingga memberikan dorongan ekonomi bagi sektor pariwisata dan perdagangan lokal.
https://patriotpencerah.id/tingkatkan-responsif-dan-social-virtue-kader-ikatan/
Terakhir, namun tidak kalah pentingnya, membakar sate saat Idul Adha dan Hari Tasyrik juga memberikan manfaat kuliner yang lezat. Sate yang terbuat dari daging kurban yang dimasak dengan bumbu khas dan dipanggang dengan api yang hangat menciptakan cita rasa yang menggoda. Rasanya yang gurih dan daging yang empuk membuat setiap orang merasakan kelezatan khas sate yang tak bisa tergantikan. Ini menjadi momen yang dinanti-nantikan oleh banyak orang setiap tahunnya.
Idul Adha adalah hari yang baik bagi umat Islam. Bahagia di hari raya dan bahagia atas melimpahnya daging kurban. Ternyata, kebahagiaan itu bisa dilengkapi dengan berkumpul dan makan bersama di hari raya Id dan Hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhija). Mengumpulkan manusia, baik itu keluarga jauh dan dekat, sahabat, serta kolega, untuk makan-makan hukumnya adalah sunah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
جَمْعُ النَّاسِ لِلطَّعَامِ فِي الْعِيدَيْنِ وَأَيَّامِ التَّشْرِيقِ سُنَّةٌ وَهُوَ مِنْ شَعَائِرِ الْإِسْلَامِ الَّتِي سَنَّهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْمُسْلِمِينَ
“Mengumpulkan manusia untuk makan-makan pada dua hari raya (Idulfitri dan Iduladha) dan hari Tasyrik adalah sunah, termasuk syiar Islam yang disunahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Majmu’ Al-Fatawa, 25: 298)
Acara kumpul makan-makan tentu akan menambah kebahagiaan dengan bertemu keluarga dan kawan dalam keceriaan dan suasana kebahagiaan. Dalam acara ini pun kita bisa menerapkan sunah menampakkan dan berbagi kebahagiaan pada saat hari raya.
Dalam kesimpulannya, tradisi kumpul-kumpul sambil membakar sate saat Idul Adha dan Hari Tasyrik tidak hanya menyatukan orang-orang secara sosial, tetapi juga memiliki makna religius yang mendalam. Selain itu, memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan kuliner yang signifikan. Oleh karena itu, tradisi ini tetap dijaga dan dijalankan dengan penuh semangat, menjadikannya momen yang tak terlupakan dalam setiap perayaan Idul Adha dan Hari Tasyrik.