Berdasarkan kedudukan strategis wilayah, Indonesia menjadi salah satu negara dengan berbagai macam pulau di dalamnya. Dengan demikian, tidak dapat di pungkiri bahwa Indonesia terkenal dengan kekayaan alam, budaya, suku, bahasa dan masih banyak lagi. Khususnya Indonesia bagian timur (Maluku Utara) yang selalu disebut-sebut sebagai wilayah dengan tingkat kemakmuran tergolong cukup tinggi dibeberapa provinsi yang ada.
Kategori tersebut didapatkan karena berdasarkan kedudukan wilayah strategis Maluku Utara yang didominasi oleh kekayaan alam (hasil bumi) seperti pertanian, kelautan, peternakan, emas, nikel dan lain sebagainya. Hal ini menjadi sorotan oleh banyak mata dunia atas kelebihan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki oleh Maluku Utara.
Untuk mengelola potensi yang dimiliki tersebut, khususnya pertambangan (emas,nikel dan lain-lain) diperlukan sumbangsih penuh dari berbagai pihak dengan pengetahuan yang memadai. Namun, yang terjadi ialah hasil alam itu tidak dikelola secara langsung oleh pemerintah Maluku utara itu sendiri dengan memanfaatkan atau memberdayakan masyarakat setempat (Maluku Utara secara khusus). Melainkan dari investor asing lah yang menjadi fondasi pengelolaan hasil alam Maluku Utara dengan menjadikan rakyat Maluku Utara sebagai pekerja keras untuk menuai keuntungan dari hasil alam yang bukan hak sepenuhnya para investor asing.
Masyarakat yang bekerja di area tambang itu bukan hanya beberapa golongan saja. Melainkan semua golongan yakni orang tua, anak muda, pria dan wanita. Hal demikian bisa terjadi dikarenakan kurangnya lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah. Apalagi di era ini menjadi peran penuh generasi Z (Gen Z) atau generasi yang hanya mau segala sesuatu serba instan bisa didapatkan.
Generasi Z (Gen Z) seringkali dipersepsikan sebagai generasi yang selalu menghabiskan waktunya untuk menggunakan media massa atau teknologi. Dengan demikian mereka cenderung melakukan sesuatunya secara instan atau tidak terlalu ribet untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satunya ialah menghasilkan uang dengan cepat tanpa membutuhkan waktu yang lama. Sama halnya dengan tidak melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Kebanyakan dari Gen Z menganggap bahwa kuliah membutuhkan biaya yang banyak dan waktu yang lama, sehingga kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk bekerja dan menghasilkan uang dengan cepat tanpa proses yang menurut mereka membuang-buang waktu saja.
Uang menjadi kebutuhan mendasar dalam kehidupan. Namun, mencari uang juga cukup membutuhkan waktu yang relatif lama. Di era sekarang, banyak sekali cara agar dapat menghasilkan uang dengan cepat, hal ini tentu yang selalu dilakukan oleh Gen Z. Untuk itu, tambang selalu menjadi incaran para Gen Z setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Menjadi seorang pekerja atau yang lebih dikenal dengan sebutan karyawan tambang, bukan hal yang baru lagi bagi masyarakat pada umumnya. Sama halnya di Maluku utara. Hadirnya tambang menjadi boomerang seluruh rakyat di Maluku utara, khususnya bagi Gen Z.
Mereka yang selalu mendominasi pekerjaan tersebut sebagai pekerja kasar dan lain sebagainya. Karena menurut mereka dengan lari ke tambang akan lebih mudah menghasilkan uang dengan nominal yang cukup besar. Dan hal ini menjadi impian besar sebagai Gen Z setelah meninggalkan Sekolah Menengah Atas (SMA). Demikian terjadi di dunia pendidikan tingkat lanjut di Perguruan Tinggi, Gen Z yang sudah berkuliah kebanyakan memilih meninggalkan pendidikannya di perguruan tinggi demi bekerja di tambang karena terbuai akan penghasilan yang cukup besar. Untuk memenuhi keinginan, mereka rela meninggalkan kuliahnya untuk menggapai apa yang diinginkan, dengan jalan pintas yaitu sebagai pekerja tambang.
Maka tidak menjadi suatu hal yang aneh jika tambang yang ada di Maluku Utara hampir 85% adalah pekerja berusia Gen Z. Padahal jika kita menengok visi pemerintah terkait dengan menyiapkan generasi emas 2045 mendatang untuk Indonesia yang lebih baik hampir sudah tidak ada kemungkinan terwujud. Hal itu disebabkan oleh banyaknya Gen Z yang lebih dominan ke tambang ketimbang menempuh pendidikan lanjutan.
Berdasarkan hal ini, seharusnya dari pihak pemerintah perlu mengantisipasi agar apa yang dicita-citakan tidak berujung sia-sia dengan membiarkan tambang menjadi sasaran Gen Z setelah meninggalkan bangku SMA. Sedangkan jika dilihat berdasarkan prospek hadirnya tambang ialah sebagai investasi jangka pendek dalam membangun sebuah masa depan. Hal itu didasari oleh hasil bumi yang digarap oleh tambang, jika hasil bumi di suatu daerah atau wilayah telah selesai digarap, maka tambang juga akan berhenti untuk beroperasi di wilayah tersebut. Lantas jika tambang berhenti beroperasi, para karyawan yang ada mau di kemana kan ? Padahal hidup aman dan sejahtera menjadi impian semua orang.
Akankah terpikir oleh kalian bahwa hasil bumi itu akan habis dalam kurun waktu yang cepat. Bisakah pemerintah menjamin kehidupan yang cemerlang Gen Z untuk masa depannya ? Bekerja di tambang tergiur dengan penghasilan yang cepat, namun tidak lama. Hal ini yang perlu menjadi pertimbangan pemerintah, khususnya pemerintah di Maluku utara. Notabenenya para pekerja tambang hampir rata-rata berusia Gen Z pelanjut tongkat estafet negara.
Perilaku Gen Z yang selalu ingin mendapatkan sesuatu secara instan harus diubah dengan lebih dominan memanfaatkan kreativitas individual maupun kelompok untuk menjadi nilai tukar di era yang penuh dengan kecanggihan teknologi ini. Dengan demikian, akan menjadi solusi pemberdayaan Gen Z melalui teknologi dalam penggunaan media massa, sehingga melahirkan generasi muda yang terperdaya dalam segala aspek pemanfaatan teknologi.
Dalam upaya agar tidak terjadinya stagnasi keberlanjutan generasi emas 2045, maka pemerintah pusat maupun daerah khususnya Maluku Utara harus meminimalisir biaya pendidikan yang tiap tahunnya naik dengan memberikan lebih dari 50% kuota gratis pendidikan baik di perguruan negeri maupun swasta, sehingga para generasi emas (Gen Z) dapat melanjutkan pendidikan tanpa berpikir bahwa biaya pendidikan yang terlalu mahal. Selain itu, peran orang tua sejak dini juga sangat penting untuk memberikan pemahaman terkait pentingnya pendidikan karena akan berdampak pada kehidupan jangka panjang dibandingkan dengan kehidupan di tambang.
Penulis Inda Lestari (Kabid IMMawati PK IMM FIKES UMMU)
Editor Septi Sartika