Lifestyle

Sesal Yang Tak Terlupakan

4 Mins read

Sang Bagaskara mulai muncul dari ufuk timur , di sebuah kota kecil pada jalan setapak terlihat di ujung ada bangunan tersusun tinggi yang sangat megah. ya, itulah dimana Cindy memulai pendidikan nya di bangku SMA. Tibalah Cindy di ruang kelas untuk memulai pelajaran pertamanya, tidak lupa untuk berkenalan dengan teman barunya, ada satu perempuan yang sangat sefrekuensi dengannya.

Seorang gadis cerdas dan penuh semangat. Dia memiliki rambut panjang berwarna coklat, mata yang cerah, dan senyuman yang menular. ya, itulah Devy sahabatku saat pertama kali masuk kelas. Cindy, yang periang dan ceria, selalu menjadi sumber kebahagiaan bagi Devy, yang lebih pendiam dan serius. Cindy, di sisi lain, adalah gadis yang berjiwa bebas, penuh energi, dan selalu siap menghadapi petualangan. Terlepas dari perbedaan kepribadian mereka, persahabatan mereka semakin erat dan tak tergoyahkan. Mereka adalah pasangan yang sempurna satu sama lain.

Cindy yang selalu excited mengajak Devy jalan – jalan kemanapun saat stres menghadapi tugas sekolahnya. Cindy memegang ponselnya, mengetik pesan singkat WhatsApp untuk Cindy. ” Dev, kepantai yuk sore ini?, mumpung cuacanya bagus nih.” Devy mulai menerima pesan dari Cindy, lalu Devy meng iya kan ajakan Cindy ” Ayuk lah gasss, aku juga mau healing , tugas sekolah banyak banget soalnya” mereka janjian berangkat pukul 03.00 , tapi Devy malah molor dan akhirnya berangkat lah pukul 03.30. ” kurang lama dandan nya nyukkkk ” kata Cindy dengan ekspresi muka yang bete.

Pagi yang cerah pun datang, tidak lupa Cindy selalu memberi tebengan ke pada Devy, ” Cindy kok belum sampai yaa” batinnya. Devy mencoba menghubungi, hampir terlambat pesannya belum juga di balas oleh Cindy. Terpaksa Devy jalan kaki saat berangkat ke sekolah. Hampir setengah jalan tiba – tiba penyakitnya kambuh sampai lemas tak berdaya dan akhirnya pingsan.

Cindy, yang sebenarnya sedang sibuk, melihat pesan itu dan mengerutkan dahi. Dia berencana untuk segera menjawab begitu dia menyelesaikan tugasnya. Namun, Cindy lupa membalas pesan Devy. Hari demi hari berlalu, dan Cindy merasa bersalah karena belum menjawab pesan Devy. Cindy mencoba menghubungi Devy melalui WhatsApp untuk meminta maaf. Setelah ditunggu sampai hampir 1 hari tidak ada balasan dari Devy. Cindy agak bingung, mengira Devy mungkin sedang sibuk. Tapi beberapa jam berlalu, dan pesan WhatsApp masih belum dibalas.

Cindy mencoba menghubungi Devy lagi beberapa kali dalam beberapa hari berikutnya, namun tetap tidak ada tanggapan. Kecemasan mulai menetap di dalam hatinya. Dia tahu sesuatu yang tidak beres, karena Devy selalu membalas pesannya dalam hitungan menit. Akhirnya, Cindy memutuskan untuk menghubungi ibunya Devy, Ibu Siska. Cindy dengan hati-hati menjelaskan situasi tersebut dan bertanya. ” Devy baik-baik saja kan Bu, kok tumben pesan aku tidak di balas”.Ibu Siska merasa terguncang, dan akhirnya memberi tahu Cindy bahwa Devy telah jatuh sakit karena penyakit yang parah. Cindy sangat terkejut merasa seolah-olah bumi runtuh di kakinya dan tanpa berpikir lagi langsung menuju ke rumah sakit untuk menemui sahabatnya.

Saat dia sampai di sana, melihat sahabatnya yang terbaring lemah, air mata tidak bisa dihentikan. Cindy duduk di samping tempat tidur Devy, menggenggam tangannya, dan berbicara dengan suara lembut.
“Devy, kenapa kamu tidak memberi tahu aku? Kamu tidak pernah sebelumnya tidak menanggapi pesanku,” ucap Cindy dengan gemetar.

“Aku tidak ingin kamu khawatir, Cindy. Aku masih berjuang, dan aku yakin aku akan sembuh. Aku hanya butuh waktu.” Kata Devy dengan raut wajah yang pucat dan tersenyum lemah.
Minggu-minggu berlalu, dan Cindy selalu ada di samping Devy. Mereka berdua menghabiskan waktu dengan berbicara, bercanda, dan merencanakan masa depan mereka setelah Devy pulih. Devy menceritakan rencana untuk kuliah, dan Cindy berjanji akan selalu ada di dekatnya. Mereka mengenang kenangan indah yang telah mereka bagi selama bertahun-tahun. Cindy menyesal karena sering mengabaikan pesan-pesan Devy hanya karena kesibukannya. Hari demi hari berlalu, dan kesehatan Devy semakin memburuk.

Cindy menjalani hari-hari sulit saat mendampingi sahabatnya yang tersayang. Mereka berbicara tentang mimpi dan harapan mereka, serta segala hal yang tidak sempat mereka lakukan bersama.Suatu hari, ketika matahari mulai meredup dan senja tiba, Devy berbicara dengan suara yang hampir hilang.
“Cin, terima kasih sudah menjadi sahabat terbaikku. Aku tidak akan pernah melupakan semua momen indah yang kita bagikan.”

Cindy menangis pelan. “Aku juga berterima kasih, Devy, karena menjadi bagian dari kehidupan. Aku sangat mencintai, sahabatku.”

Devy tersenyum lemah. “Cin, janji aku akan selalu bersamamu dalam hati, meski aku pergi.”
Beberapa hari kemudian, Devy menghentikan nafas terakhirnya. Cindy merasa hampa dan kehilangan seorang sahabat yang sangat berarti baginya. Dia merenungkan di taman yang dulu sering mereka kunjungi bersama. Cindy tahu bahwa persahabatan mereka akan selalu hidup dalam ingatannya. Pemakaman Devy turut serta, dan banyak teman mereka yang hadir untuk memberi penghormatan terakhir. Cindy berdiri di dekat makam sahabatnya, air mata mengalir begitu deras. Dia berbicara kepada Devy untuk terakhir kalinya.

“Devy, kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Aku akan merindukanmu setiap hari, tetapi aku tahu kita akan bertemu lagi suatu hari nanti. Aku akan menjaga kenangan kita dan melanjutkan impian-impian yang kita bagi bersama. Sampai jumpa, sahabatku.”

Setelah itu, Cindy berjanji akan menjalani hidupnya dengan semangat yang sama seperti yang selalu dia miliki bersama Devy. Dia memutuskan untuk mengejar impian mereka berdua, kuliah di perguruan tinggi yang sama, dan terus menjalani hidup dengan semangat yang sama.Meskipun Devy tidak lagi berada di sisinya secara fisik, dia selalu merasakan kehadiran sahabatnya di dalam hatinya. Kisah persahabatan mereka yang tak terlupakan menjadi inspirasi bagi Cindy untuk menjadi lebih baik, menghargai setiap momen, dan menghormati kenangan Devy.

Cerita tentang persahabatan Devy dan Cindy seakan menjadi pelajaran berharga tentang arti persahabatan. Mereka mengajarkan bahwa persahabatan bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang mendukung satu sama lain dalam kesedihan dan kesulitan. Cindy akan selalu mengenang sahabatnya, dan pesan WhatsApp yang tak pernah dia balas menjadi pengingat bahwa waktu bersama sahabat-sahabat kita sangat berharga, dan kita seharusnya tidak mengabaikannya.

1 posts

About author
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Prodi: Sosiologi Agama Fakultas: Ushuluddin Adab Dan Dakwah
Articles
Related posts
Lifestyle

Camilan: Teman Setia di Setiap Kesempatan

2 Mins read
Camilan, atau yang sering kita sebut sebagai makanan ringan, telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Baik saat bersantai di rumah, bekerja…
Lifestyle

Tips Mengikuti Lomba Lari Maraton

3 Mins read
Lari maraton adalah salah satu tantangan olahraga yang paling menarik dan memuaskan. Dilansir dari Blog Seputar Lari dan Maraton, dengan jarak 42,195…
Lifestyle

Second Choice: Pilihan Kedua dalam Hidup, Cinta, dan Karir

3 Mins read
Pernah nggak sih, kamu merasa seperti second choice alias pilihan kedua? Atau malah kamu sedang berperan sebagai “pilihan cadangan”? Tenang, kamu nggak…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
BeritaNasionalOpini

DPD IMM Se Indonesia, Sah! Immawan Zaki Nugraha Maju Sebagai Calon Ketua Umum DPP IMM