PATRIOTPENCERAH – Belakangan ini, isu sekolah gratis kembali menjadi perbincangan publik. Bahkan, dorongan agar sekolah swasta pun digratiskan mulai mencuat. Namun menurut saya, sebelum jauh membahas swasta, kita perlu kembali menengok dan menilai secara jujur: apakah sekolah negeri benar-benar sudah gratis dan merata?
Kalau kita mau bicara data dan fakta, justru alokasi anggaran pendidikan dari pemerintah lebih banyak terkuras pada sekolah kedinasan, yang notabene hanya bisa diakses oleh segelintir orang. Di sekolah-sekolah kedinasan, siswa dibebaskan dari biaya, diberi asrama, makan, bahkan tunjangan. Sementara di sekolah negeri, yang katanya “gratis”, wali murid masih dibebani dengan uang gedung, seragam, buku, hingga biaya kegiatan sekolah lainnya.
Kalau kita merujuk pada argumen-argumen yang biasa digunakan untuk mendesak sekolah gratis. mulai dari alasan ekonomi, kesenjangan akses pendidikan, krisis pasca pandemi, hingga janji-janji politik. maka yang paling layak diprioritaskan justru pembenahan sekolah negeri.
Sekolah negeri harus dipastikan benar-benar gratis, tanpa pungutan tersembunyi. Lebih dari itu, pemerintah semestinya mengedepankan hal-hal yang substansial dan berdampak langsung, seperti:
- Penyediaan seragam dan buku gratis
- Penghapusan pungutan uang gedung
- Perbaikan fasilitas belajar
Kesejahteraan guru, staf kebersihan, tukang kebun, hingga petugas keamanan sekolah
Di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang belum sepenuhnya pulih, prioritas kebijakan seharusnya berpihak pada kelompok paling rentan, bukan sekadar pada proyek-proyek besar yang sensasional. Apalagi jika melihat wacana pemerintah pusat untuk menghadirkan makan bergizi gratis — yang bagus secara ide, tapi akan sangat berisiko bila pondasi sekolah negeri sendiri belum selesai dibenahi.
Sekali lagi, sekolah gratis bukan hanya soal bebas SPP. Ini tentang keadilan akses, pembebasan beban biaya tak terlihat, dan pemenuhan hak dasar anak untuk belajar tanpa tekanan ekonomi. Jangan sampai jargon “gratis” hanya jadi ilusi, sementara orang tua siswa tetap menjerit dalam diam karena pungutan yang terus berjalan.
Kalau mau bicara serius soal pendidikan gratis, mari benahi dulu yang dasar dan nyata.***


