Jakarta, 12 April 2025 — Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah secara resmi mengumumkan rencana pemberlakuan kembali sistem penjurusan bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Kebijakan ini akan mulai diterapkan pada tahun ajaran baru 2025/2026, setelah sebelumnya ditiadakan selama masa kepemimpinan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim pada periode 2019–2024.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menyatakan bahwa kebijakan ini diambil untuk memastikan kesinambungan sistem pendidikan nasional yang lebih terstruktur dan relevan. Penjurusan akan kembali dibagi menjadi tiga jalur utama, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa.
“Langkah ini bertujuan untuk memperjelas pemetaan kompetensi siswa sejak dini dan mempermudah proses seleksi masuk perguruan tinggi,” ujar Abdul Mu’ti dalam keterangannya.
Ia menambahkan bahwa sistem tanpa penjurusan dinilai terlalu fleksibel dan menyulitkan sekolah dalam mengatur jadwal serta mengelompokkan siswa berdasarkan minat dan kemampuan. Tidak hanya itu, kondisi tersebut juga menimbulkan kesulitan bagi guru dalam mengelola kelas yang berisi siswa dengan latar belakang akademik yang sangat beragam.
Dengan diterapkannya kembali sistem penjurusan, siswa SMA akan diarahkan untuk lebih fokus pada bidang studi yang sesuai dengan minat dan potensi mereka. Siswa jurusan IPA akan mendalami mata pelajaran seperti Fisika, Kimia, dan Biologi. Sementara itu, jurusan IPS akan mencakup mata pelajaran Ekonomi, Sejarah, dan Geografi. Sedangkan jurusan Bahasa akan menitikberatkan pada studi sastra dan linguistik.
Selain itu, kebijakan ini juga diharapkan dapat mengurangi fenomena “guru sedekah nilai” yang selama ini muncul akibat ketidaksesuaian latar belakang akademik siswa dalam satu kelas, yang pada akhirnya mempersulit proses penilaian secara objektif.
Pemerintah optimis bahwa langkah ini akan membantu menciptakan sistem pendidikan yang lebih tertata, sekaligus memperkuat kesiapan siswa menghadapi jenjang pendidikan tinggi dan dunia kerja.***