PATRIOTPENCERAH – Gema takbir menggema dari masjid ke pelosok kampung, menyelimuti dunia Islam dengan suasana haru dan khidmat. Jutaan umat Muslim bersujud dalam salat Idul Adha, lalu bersiap menunaikan ibadah kurban. Di balik gemuruh itu, Idul Adha membawa pesan abadi tentang keikhlasan, ketaatan, dan kepedulian yang harus terus hidup dalam diri setiap insan.
Idul Adha bukan sekadar hari raya yang dipenuhi dengan gema takbir dan penyembelihan hewan kurban. Ia adalah momentum yang sarat akan makna spiritual dan kemanusiaan, yang diteladani dari kisah agung Nabi Ibrāhīm عليه السلام dan putranya, Nabi Ismā‘īl عليه السلام.
1. Keikhlasan dalam Menghadapi Ujian
Perjalanan spiritual ini berawal dari mimpi Nabi Ibrāhīm عليه السلام yang diperintahkan oleh Allah ﷻ untuk menyembelih putranya yang sangat dicintai. Tanpa ragu, beliau tunduk kepada perintah itu. Begitu pula Ismā‘īl عليه السلام, dengan keteguhan dan kesabaran luar biasa, menerima takdir yang ditentukan baginya.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ
“Maka ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, Kami panggillah dia: ‘Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu.'”
(Surah Ash-Shaffāt: 103–105)
Peristiwa ini mengajarkan bahwa keikhlasan dalam menerima dan menjalani ujian hidup akan selalu berbuah kemuliaan dan keselamatan dari Allah ﷻ.
2. Cinta Tulus dan Ketaatan Tanpa Syarat
Nabi Ismā‘īl عليه السلام menunjukkan bentuk cinta yang paling luhur: ketaatan total kepada Allah ﷻ dan bakti sempurna kepada orang tua. Ucapannya menjadi teladan sejati sepanjang masa:
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
(Surah Ash-Shaffāt: 102)
Cinta sejati tidak hanya manis dalam kata-kata, tetapi nyata dalam pengorbanan, kesetiaan, dan keteguhan dalam menjalani perintah-Nya.
3. Kurban sebagai Simbol Kepedulian Sosial
Ritual kurban bukan hanya bentuk ketaatan, melainkan juga wujud solidaritas dan kepedulian terhadap sesama. Saat daging kurban dibagikan, di sanalah terbangun ikatan empati antara yang mampu dan yang membutuhkan.
Firman Allah ﷻ:
فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
“Makanlah sebagian darinya dan berikanlah kepada orang-orang yang sengsara lagi fakir.”
(Surah Al-Ḥajj: 28)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam pada hari Idul Adha yang lebih dicintai Allah selain menyembelih hewan kurban…”
(HR. Tirmidzi no. 1493 – hasan)
Melalui ibadah kurban, umat Islam diajak untuk tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah ﷻ, tetapi juga memperkuat ukhuwah sosial di tengah masyarakat.
Semoga Idul Adha ini menguatkan keimanan, mempererat kepedulian, dan menginspirasi kita untuk terus meneladani keikhlasan dan ketaatan para nabi. Taqabbalallāhu minnā wa minkum. Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H.***
