PATRIOTPENCERAH – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen krusial dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Sebagai elemen penting dalam struktur pemerintahan daerah, pilkada mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat.
Dalam konteks ini, peran mahasiswa tidak dapat diabaikan. Mereka adalah agen perubahan yang memiliki kapasitas intelektual dan moral untuk mengawal proses demokrasi agar berjalan dengan baik dan bermartabat.
Dalam menghadapi pilkada, mahasiswa menuntut agar etika politik ditegakkan secara konsisten. Hal ini meliputi beberapa aspek penting:
1. Transparansi dan Akuntabilitas
Mahasiswa menyerukan agar semua tahapan pilkada dilaksanakan dengan transparan dan akuntabel. Informasi terkait proses pemilihan, mulai dari pendaftaran calon hingga pengumuman hasil, harus dapat diakses oleh publik. Ini untuk memastikan tidak ada praktik korupsi atau manipulasi data yang dapat merusak integritas pilkada.
2. Anti-Politik Uang
Mahasiswa menekankan pentingnya memerangi politik uang yang seringkali merusak esensi demokrasi. Mereka mendesak para calon dan pendukungnya untuk tidak menggunakan uang sebagai alat untuk membeli suara atau mempengaruhi pemilih. Praktik ini tidak hanya mencederai proses demokrasi, tetapi juga merendahkan martabat pemilih.
3. Kampanye Beretika
Mahasiswa menuntut agar kampanye dilakukan secara sehat dan beretika, tanpa menyebarkan hoaks, fitnah, atau ujaran kebencian. Mereka menginginkan debat dan diskusi yang konstruktif berdasarkan program dan visi misi, bukan menyerang secara personal atau menyebar kebohongan.
4. Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Mahasiswa juga mendorong masyarakat untuk lebih aktif berpartisipasi dalam proses pilkada. Pendidikan politik bagi masyarakat menjadi salah satu agenda penting, agar mereka dapat memilih dengan cerdas dan berdasarkan informasi yang akurat.
5. Netralitas Aparat dan Institusi
Mahasiswa mengingatkan pentingnya netralitas aparat pemerintah, penegak hukum, dan penyelenggara pemilu. Mereka tidak boleh memihak kepada calon tertentu dan harus menjalankan tugasnya secara profesional dan independen.
Dengan menuntut penegakan etika politik, mahasiswa berupaya memastikan bahwa pilkada tidak hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan, tetapi juga wadah untuk membangun daerah yang lebih baik melalui proses demokrasi yang jujur dan adil.
Mereka berkeyakinan bahwa dengan menjaga etika politik, kualitas pemimpin yang terpilih akan lebih baik, mampu menjalankan pemerintahan dengan integritas, dan benar-benar berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.***